Mengapa Jawa Barat Terjadi Gempa Bumi ?

PENDAHULUAN

Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang termasuk zona kegempaan dengan seismisitas tinggi. Karena terletak di pertemuan batas antar lempeng tektonik utama, antara lain Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia. Dimana pertemuan lempeng-lempeng tersebut membentuk zona subduksi (interplate). Khususnya di sepanjang daerah sebelah barat Pulau Sumatera dan sebelah selatan Pulau Jawa. Dan tentunya juga terletak di beberapa daerah sekitar Pulau Maluku, sebelah barat dan utara Papua.Pergerakan lempeng-lempeng tektonik ini juga dapat menimbulkan zona sesar geser (intraplate). Dari dua jenis zona inilah kemudian di lakukan penelitian mengenai sumber gempa (studi seismologi).


GEMPA BUMI

Proses terjadinya gempa tektonik berawal dari pergeseran antar lempeng tektonik yang saling menekan. Karena permukaan lempeng-lempeng yang kasar (rigid) itu saling bergesekan dan terjadi gaya tekan (stress) pada batuan di sekitarnya, maka kondisinya menjadi terjepit dan terkunci. Di sinilah terjadi penimbunan energi yang semakin berakumulasi (bertambah besar) sampai dengan jangka waktu tertentu lamanya. Ketikahimpunan energi di dalam suatu material batuan ini melewati daya tahannya (batas maksimum), maka material batuan tersebut setelah melengkung akhirnya menjadi patah. Sehingga akan terjadi perpindahan (displacement) secara tiba-tiba. Setelah terjadi perpindahan maka gaya-gaya yang bekerja akan kembali seperti semula (Elastic Rebound Theory).

Energi yang terakumulasi tadi akhirnya terlepaskan dan memancarkan gelombang-gelombang gempa yang membawa energi-energi tersebut. Gelombang-gelombang ini bergerak dari sumbernya dan menjalar baik melalui media padat seperti batuan pada kerak bumi dan juga melalui media cair seperti air laut (penyebab tsunami). Dengan waktu dan kecepatan tertentu akhirnya gelombang-gelombang ini sampai pada permukaan bumi yang menimbulkan getaran-getaran (dapat dirasakan). Akibatnya juga dapat menyebabkan kerusakan (failure) seperti liqifaksi, amplifikasi, patahan, pemekaran lateral, pergeseran tanah, longsoran dan lain-lain. Dimana efek goncangan (shaking) penyebab getaran gempa tersebut bergantung pada magnitudo, kedalaman, jarak, kondisi geologi, percepatan gerakan tanah, dan struktur bangunan. Faktor-faktor inilah yang menjadi penentu seberapa besar tingkat kerusakan akibat gempa bumi.


KEGEMPAAN JAWA BARAT

Mengapa wilayah Jawa Barat rawan terjadi gempa bumi ? Di sebelah selatan Pulau Jawa terdapat zona subduksi (penunjaman), yaitu pertemuan antara lempeng Eurasia yang berada di sebelah utara dengan lempeng Indo-Australia yang berada di sebelah selatan. Jawa Barat merupakan salah satu wilayah yang berada di sekitar zona subduksi tersebut. Selain itu, wilayah Jawa Barat juga terdapat zona patahan (sesar geser) di bawah permukaannya. Hal ini berarti wilayah Jawa Barat merupakan wilayah yang cukup kompleks karena terdapat zona subduksi (interplate) dan zona sesar geser (intraplate) yang menjadi cikal bakal terjadinya gempa bumi. Namun selama ini dapat diketahui bahwa gempa bumi yang sering terjadi berasal dari zona sesar geser (intraplate) antara lain sesar Lembang, Cimandiri, dan Baribis.

Zona-zona sesar ini terbentuk akibat proses geologi yang telah berlangsung selama berjuta-juta tahun karena pengaruh aktifitas tumbukan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia yang beralangsung sejak Zaman Kapur hingga sekarang. Wilayah ini menghasilkan berbagai jenis batuan mulai dari batuan sedimen, batuan beku (ekstrusif dan intrusif) dan batuan metamorfik dengan umur yang beragam. Akibat proses tektonik yang terus berlangsung hingga saat ini, seluruh batuan tersebut telah mengalami pengangkatan, pelipatan dan pensesaran.

Paleografi Jawa Barat (M. Untung, 1982)


Melalui citra satelit (Landsat) daerah Jawa Barat, diketahui adanya banyak kelurusan bentang alam yang diduga merupakan hasil proses pensesaran. Jalur sesar tersebut umumnya berarah barat-timur, utara-selatan, timurlaut-baratdaya dan baratlaut-tenggara. Struktur sesar dengan arah barat-timur umumnya berjenis sesar naik, sedangkan struktur sesar dengan arah lainnya berupa sesar mendatar. Sesar normal umum terjadi dengan arah bervariasi. Dari sekian banyak struktur sesar yang berkembang di Jawa Barat, ada tiga struktur regional yang memegang peranan penting, yaitu Sesar Cimandiri, Sesar Baribis dan Sesar Lembang. Ketiga sesar tersebut untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh van Bemmelen (1949) dan diduga ketiganya masih aktif hingga sekarang.
(1). Sesar Cimandiri merupakan sesar paling tua, membentang mulai dari Teluk Pelabuhanratu menerus ke timur melalui Lembah Cimandiri, Cipatat-Rajamandala, Gunung Tanggubanprahu-Burangrang dan diduga menerus ke timur laut menuju Subang.
(2). Sesar Baribis yang letaknya di bagian utara Jawa merupakan sesar naik dengan arah relatif barat-timur, membentang mulai dari Purwakarta hingga ke daerah Baribis di Kadipaten-Majalengka.
(3). Sesar Lembang yang letaknya di utara Bandung, membentang sepanjang kurang lebih 30 km dengan arah barat-timur. Sesar ini berjenis sesar normal (sesar turun) dimana blok bagian utara relatif turun membentuk morfologi dataran (dataran Lembang).

Setelah memahami distribusi sesar di wilayah Jawa Barat maka kita dapat mengetahui secara umum sumber terjadinya gempa bumi akibat sesar (intraplate), tentunya di sekitar wilayah-wilayah sesar tersebut. Prosesnya seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya. Selanjutnya bila terjadi gempa bumi maka biasanya yang perlu diketahui adalah posisi hiposenter (fokus gempa/pusat gempa), episenter (proyeksi vertikal hiposenter hingga ke permukaan), serta parameter lainnya seperti waktu (detik), jarak (km), kedalaman (km), magnitudo (kekuatan gempa), dan intensitas (skala relatif sesuai kenampakan visual). Dimana parameter-parameter ini secara tidak langsung dapat direpresentasikan melalui hasil rekaman seismogram. Hingga tahun 2003, biasanya seismogram yang sering digunakan berasal dari 3 stasiun gempa yaitu Ciparay, Soreang, dan Lembang. Melalui seismogram inilah, getaran-getaran gempa baik intraplate maupun interplate direkam dari waktu ke waktu. Berikut ini adalah contoh distribusi lokasi episenter gempa di Jawa Barat.

Kemudian dari data-data yang diperoleh melalui hasil rekaman tersebut maka dapat dilakukan estimasi lebih lanjut, seperti studi pemetaan risiko gempa bumi atau Seismic Zoning berdasarkan distribusi percepatan gerakan tanah (Peak Ground Accelaration). Percepatan gerakan tanah merupakan percepatan gelombang gempa yang sampai di permukaan bumi. Estimasi PGA ini sangat bergantung pada magnitudo, banyak sekali metode yang dapat digunakan. Metode yang biasa dipakai adalah metode Murphy – O’Brien, metode Gutenberg – Richter, dan metode Kanai. Hasil estimasi PGA ini berguna untuk merepresentasikan distribusi tingkat risiko gempa bumi. Nilai distribusinya dapat di buat ke dalam bentuk peta. Biasanya nilai PGA (Peak Ground Acceleration) maksimum terjadi akibat pengaruh sesar. Berdasarkan distribusi sesar-sesar di wilayah Jawa Barat, maka PGA (Peak Ground Acceleration) tinggi berada di bagian timur dan semakin mengecil ke arah utara. Semakin besar PGA yang terjadi di suatu tempat maka risiko bahayanya semakin besar.


GEMPA TERBARU

Gempa bumi terbaru telah terjadi di selatan Pulau Jawa, tepatnya 142 km dari sebelah baratdaya Tasikmalaya atau berada pada 7.778°S, 107.328°E. Kejadian gempa ini menurut USGS berasal dari kedalaman 30 km dan magnitude 7.0 pada tanggal 02 September 2009 jam 14:55:01. Dimana efeknya juga dapat dirasakan di beberapa wilayah Jawa Barat seperti Sukabumi, Garut, Bandung, Cianjur, Ciwidey, bahkan Jakarta.



Pemicu terjadinya gempa bumi adalah pengaruh pergerakan lempeng Australia dengan lempeng Sunda (Lempeng Asia Tenggara) pada batas zona subduksi dengan kecepatan pergerakan relatifnya 59 mm/tahun. Pada batas zona tersebut terjadi patahan (fault) yang menimbulkan efek radiasi gelombang seismik setelah terjadi akumulasi energi pada materi batuannya. Meskipun pusat gempanya terjadi di laut, tetapi gempa ini tidak berpotensi menyebabkan tsunami.

Pergeseran lempeng-lempeng ini mempengaruhi sesar-sesar yang terdapat di wilayah Jawa Barat, antara lain sesar cimandiri, sesar garut, sesar tasik. Sedangkan sesar lembang hanya terkena reaksi (imbas) sesar-sesar di sekelilingnya. Sehingga wilayah Bandung utara, Bandung Barat, Bogor, dan Jakarta juga mengalami getaran gempa yang dapat dirasakan. Efek terparahnya berdasarkan ukuran Intensitas terjadi di daerah Garut, Tasikmalaya, Cianjur, dan Sukabumi.




12 comments:

ilmunya saya sebarkan boleh? banyak yang tdk mengerti soal gempa :-D

waaa...
Terima kasih banyak yaaa...
atas pengetahuan yang telah diberikan :-D :-D :-D :-D :-D

Sama-sama,, silakan aja di share smoga bermanfaat...mohon maaf kalo ada kekurangan/kesalahan. Thanks before.... :)

makasih tugas nya jdi beres :-P 8-) 8-)

hhmm.. mau tanya,,gimana caranya memetakan wilayah seismotektonik jabar ya??
buat TA nih.. makasiihh... :)

hanks ya..udh susah bgt nyari kegempaan Jawa barat,ternyata ad disini..
TA ny jadi lengkap..hehehe..
link blognya saya masukin dapus..gpp ya..makasi bgt...

Thanks for your information .... GBU. 27/7/ .....? :(

to all of you: I just tried to present some aspect about natural hazard, especially earthquake. It is very pleasant for us to discuss :c:

Guys, I recently found http://clashofclanshelper.com/ and its great! You receive your Clash of Clans gems instantly!!! Visit and enjoy! (thoMc2VQey)

Luar biasa,
Tapi saran ya,, ini khan gak cuma buat satu keilmuan, tp ini untuk semua lapisan,
So kami yg awam merasa kurang ngecun pada beberapa kata dan kalimat..
Nextime tlg sekalian arti kata2 khusus itu..
Special thanks..

Post a Comment

Jokes

Review

Election Polling

Who are the president and vice president of Indonesia Republic of your choice?
  
 

Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa yang akan memulihkan semangat yang patah?” Amsal 18:14.

Beragam persoalan bisa menimpa siapa saja. Entah orang kaya atau miskin, tua atau muda, setiap orang selama hidup di dunia ini selalu berhadapan dengan berbagai persoalan. Setiap orang, terlepas dari status sosial, pendidikan, profesinya, dan bahkan sebagai hamba Tuhanpun tidak terluput dari yang namanya pergumulan atau persoalan. Manusia harus berhadapan dengan masalah selama hidup di dunia ini. Setiap orang tentunya memiliki persoalan yang berbeda-beda.

Kita tidak boleh menyerah, walau badai apapun yang sedang menerpa. Sebab pencobaan yang kita alami tidak pernah melebihi kekuatan kita, seperti yang disebutkan dalam Firman Tuhan.

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya.Amin.” 1 Kor 10:13.

 
About | Disclaimer | Sitemap | Contact | Copyright © 2011 TotalCorner
Valid XHTML and CSS