Blablabla...Skipped...Entahlah


Serangkaian momen berjalan dalam garis waktu yang maju ke depan. Perubahan? Kalau berbicara perubahan, apalagi ala Copernicus, hmm… entahlah. Tekadnya Copernicus mau mencerahkan bahwa matahari adalah pusat tata surya yang sebelumnya orang-orang berkata “lihatlah alam semesta beredar mengelilingi kita”. Sama juga gilanya Galileo yang berpikiran sama dengan Copernicus dan mengembangkan teleskop untuk mendukungnya.

Perjuangan Copernicus dan Galileo menginspirasikan bahwa kita bukanlah satu-satunya pusat di alam semesta ini. Dan bulan tidaklah bercahaya, melainkan mendapatkan pantulan sinar matahari untuk menerangi kita. Kehidupan ini bukanlah tentang saya atau tentang orang-orang seantero lainnya. Tetapi tentang Sang Pencipta. Do we accept our role as the moon to reflect the glory of Creator or to reflect Satan?

Blablabla….skipped.

Belakangan ini, beredarnya kasus suap-menyuap sangat memprihatinkan masyarakat. Seperti dugaan suap Luthf* Has#n mantan petinggi sebuah parpol atas kuota impor daging sapi bahkan kasus suap-menyuap yang menyeret MK (Ak*l M#chtar) sangat memalukan di mata Internasional. 

Banyak situasi yang makin tidak terkendali dan maraknya kasus korupsi di tanah air yang semakin jauh dalam membangun kesejahteraan rakyat. Seolah-olah arus utamanya mencari kekuasaan atau kepentingan kelompok/individu.  

Tokoh politik, aktivis, bahkan anggota DPR/DPRD yang notabene perwakilan rakyat (*Nazarudd*n, Sri W#hyun*, Angel*na Sond#kh, An#s Urban*ngrum, Ros# D#mayant*, And* M#larangg*ng*, dan blablabla) pernah terduga/tersangka korupsi.

Kasus suap-menyuap, nepotisme, pencucian uang, dan skandal korupsi di kalangan politik dan para pemimpin ini tentunya mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Demokrasi semakin tidak jelas , krisis legitimasi, dan krisis kepemimpinan.

Semoga Pemilu 2014 yang akan datang bukanlah ajang perburuan yang sarat berebut kekuasaan/kepentingan melainkan pengabdian untuk melakukan perubahan untuk kemajuan bangsa dan kesejahteraan masyarakat banyak.

Ya memang sih pertumbuhan ekonomi Indonesia boleh dikatakan mengalami perkembangan pesat hampir 6% dengan nilai PDB bertambah besar. Ada indikasi investor yang semakin memicu menanamkan modal khususnya migas. 

Tapi di tengah kondisi global yang tidak menentu di tahun 2013, melambatnya ekspor/berkurangnya permintaan dari negara lain, nampaknya Indonesia harus mengandalkan konsumsi dalam negeri  dan investasi-investasi lainnya karena kontribusi ekspor masih tak terharapkan (*impor tumbuh jauh lebih tinggi dibandingkan ekspor).  

Wajarlah daripada defisit transaksi/inflasi berlebihan maka BI rate dinaikkan meskipun pertumbuhan ekonomi menjadi agak slow down dikitlah. Berarti fokusnya ke ekspor lebih banyak supaya impornya dan perilaku konsumtif berkurang, begitu? (*kalo main Football Manager yang jarang jual pemain bakalan susah beli pemain luar karena ditolak agent-nya..hahaha..). 

Selama ini praktik subsidi BBM tidak tepat sasaran, masalah yang sentimen. Kalo saking murahnya bahan bakar bersubsidi, terjadi penyelundupan bahan bakar, subsidi doniman dinikmati kalangan menengah ke atas, meningkatnya perilaku konsumtif, dan penghamburan anggaran negara dengan sia-sia. Kalo harga BBM dinaikkan memang harga dimana-mana menjadi mahal.

Di sisi lain Indonesia masih termasuk net importer, sementara eksplorasi migas di lapangan masih terus diusahakan agar produksi meningkat dan hasil ekspor banyak menguntungkan ke depannya, termasuk menjinakkan inflasi. Solusi lainnya adalah pengembangan energi alternatif EBT (biomassa, biodiesel, bioethanol, nuklir?) untuk mengurangi ketergantungan energi fosil ini. Nah inilah menjadi tugas kita, termasuk mahasiswa yang mendemo kenaikan BBM.

Konsumsi BBM saat ini masih jutaan barrel atau 1.3 juta barrel perhari sementara produksi minyak mentah hanya berkisar 831000 s.d 836000 barrel perhari dan minyak mentah itu hanya 85% jadi BBM atau sekitar 710000 barrel perhari. Terkesan ironis dari total perkiraan cadangan sekitar 3.5 s.d 4 miliar barrel (*apa ini ilusi). Ada 128 cekungan versi ESDM tapi 86 cekungan versi SKK Migas diantaranya cekungan 17 sudah produksi, 9 penemuan hidrokarbon (HC), 24 ada indikasi HC, 32 belum ada temuan, dan 4 belum eksplorasi.

Harga perbarrel (1barrel = 135 liter BBM), berdasarkan ICP 100 USD (1 USD=11618IDR), berarti dalam ukuran perliter (100/135 x 11618 IDR) harganya paling murah bisa mencapai 7400 IDR/liter untuk produksi.

Semenjak Indonesia keluar dari keanggotaan sementara dari OPEC, aku bingung apakah selain karena kita tidak lagi mampu menjadi oil exporting country atau sengaja stop export, atau adakah maksud lain untuk menasionalisasikan asset-aset nasional untuk dimaintain dan push produksi sebanyak-banyaknya (*sejauh mana dan sampai kapan kita mampu). 

Kalolah kita mampu produksi 831.118 barrel perhari atau 99% dari rencana APBN 2013 (840.000 barrel perhari). Perlu diperhitungkan juga kalo kelamaan hanya mencari laba dengan mendatangkan investor dan kontraktor di ladang-ladang minyak tapi masih ada jerit tangis penderitaan rakyat. BLSM harus benar-benar dikawal jangan sampai rentan dengan kepentingan politik praktis di pemilu 2014 mendatang.

Dan kalo stabilitas politik tidak berimbang dengan ekonomi bakalan mungkin ada tangan-tangan kotor elite tertentu melihat peluang ini untuk memperebutkan kekuasaan dan pengelolaan kekayaan alam. Maka terjadilah lagi korupsi, suap-menyuap, pencucian uang, blablabla yang berdampak kerugian negara, kesejahteraan yang tidak merata, dan negara ini tidak berubah (*gitu-gitu aja terus).   

Penegakan hukum yang berprioritas pada ketegasan dan keadilan yang menjadi sorotan publik mulai berjalan lancar. Ya ya ya, sebagus apapun Undang-Undangnya atau Peraturan apapunlah, adalah lebih baik jika dijalankan seluruh komponen masyarakat (*tidak runcing ke bawah dan tumpul ke atas). 

Kalo saja penegakan hukum juga diprioritaskan pada kasus korupsi tidak hanya hukuman penjara. Tapi juga bagaimana mengurangi dampak kerugian negara melalui penyitaan harta hasil korupsi atau “pemiskinan koruptor”. Tentu ada peluang bagi bangsa ini untuk mengembangkan sarana-sarana publik, pendidikan, kesehatan, termasuk pertahanan dan keamanan bangsa ini. 

Lucunya, dari tahun 2001 sampai sekarang kasus Bank Century belum tuntas. Jelas penjualan produk reksadana PT. Antaboga Deltasekuritas melaui agennya Bank Century dalam wujud investasi dan tanpa ijin BAPEPAM-LK adalah pelanggaran Undang-Undang. Harusnya badan usaha ini menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan/deposito dan meyalurkannya dalam bentuk kredit untuk taraf hidup nasabahnya. 

Namanya investasi bisa untung bisa rugi (*nasabahnya begitu tergiur ya dengan investasi perusahaan swasta ini, kalo investasi milik negara percaya-percaya aja dech). Di tahun 2008, bank swasta ini gagal clearing, simpanan/deposito nasabah yang telah diinvestasikan tidak dapat dicairkan. Anehnya dianggap bank gagal oleh BI, diselamatkan melalui talangan dana LPS sebesar 6.7 T yang alirannya masih kontroversial. (*mending sebagian lunasi hutang luar negeri). 

Sampai kini di tahun 2013, masalah ini (*yang katanya simple) malah melebar melibatkan KPK, BPK, eks.Gubernur BI, mantan Menkeu, konglomerat termasuk kancah politik bermain di dalamnya. Kerugian negara akibat bail out yang dianggap berlebihan masih sedang diupayakan, padahal pemilu 2014 mendatang sebentar lagi (*keliatannya hand over to the next parlement).

Berbicara Hankam ada kaitannya dengan geopolitik, ancaman terror, tuntutan desentralisasi, dan blablabla. Modernisasi sudah dilakukan, cuma aku pikir belum optimal. Di udara kita belum jadi membeli pesawat C-295 nya AEW&C (*mungkin karena masalah ijin Sekutu). Kalo udah punya, strategi dan formasinya dimantapkan maka negara kita akan jadi termasuk disegani di Asia. Kalo di laut, sepertinya kita masih kekurangan rudal dan kapal selamnya masih kurang.

Konflik di Semenanjung Korea yang didominasi oleh Cina,Korut-Jepang,Korsel semakin memanas. Perang ini panjang bangat ceritanya (*tonton dech film2nya), tak lain Antara Godfather Amerika (*melindungi Jepang dan Korsel) vs Godfather Rusia (*melindungi Cina dan Korut). Heran juga, menyaksikan AS belakangan ini over extending di poros Asia Timur setelah dari Timur Tengah.

Kalo konflik di Laut Cina Selatan didominasi oleh Cina yang bersengketa dengan Taiwan, Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia dan Brunei bergeser ke kawasan perairan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Dengan imimg-iming First Island Chain dan Second Island Chain masuk perimeter yand dibangun Tiongkok kuno (* lah kok berdasarkan sejarah, kan batas territorial/kedaulatan tiap Negara udah ditetapkan).

Padahal karena memang Laut Cina Selatan berlimpah kekayaan alamnya bahkan hasil migasnya seperti yang dimiliki Indonesia dan Brunei. (*kalo dari utara ada konflik Cina, kalo dari selatan ada apa coba? Australia aman-aman ajakah? atau adakah imperialis lain?). Sepertinya Australia udah punya Godfather.

Aku pikir Komisis I DPR dan Menhan Purnomo Yusgiantoro, juga memang harus sudah jauh-jauh memikirkan ini. Lebih memodernisasikan lagi Hankam atas dasar kemandirian teknologi karena tidak ada jaminan bantuan dari negara lain. Selain itu juga harus mengupayakan perdamaian melalui lembaga/badan PBB (*meskipun bukan anggota lagi), karena Indonesia adalah negara ASEAN yang paling berpengaruh di mata dunia.

Blablabla….skipped.

Huhhaa..ga kerasa hampir 3 tahun menjalani dunia pekerjaan sebagai seorang Geophysicist. Sebuah pekerjaan yang memerlukan daya analisa dan menuntut banyak pembelajaran. Banyak pengalaman menarik yang saya alami, terutama saat turun ke lapangan buat akuisisi data. Kerja di darat dan laut  itu rasanya seperti hidup di dua alam. Merasakan keheningan di laut dan berganti merasakan hiruk pikuk saat kembali ke peradaban ibukota (*curcol dikitlah). Lucunya, ada geologist bilang BATU adalah tarian energi, dan ada geophysicist bilang BATU adalah densitas dikalikan kecepatan..hahahaha.

Kata orang “hidup cuma sekali”. Dan..kita mendapatkan segala sesuatu dengan usaha (F X S)..hahaha. It’s OK lah. Ada gerak dan jarak-jarak yang harus ditempuh (*nyambung ga sihh*). Life becomes more plausible if we accept ourselves as we are.

SEISMIC MODELLING BY USING SEISMIC UN*X


This topic explores the ideas and basic concepts of seismic modelling by using Seismic Un*x. An application of Gaussian beam synthetic seismograms was used to obtain seismic data set from the triangulated sloth model.

The purpose of seismic modelling is to provide the seismic interpreter with a tool to aid in the interpretation of difficult geological structures.

Triangulated Sloth Model

Sloth model is a slowness model, where velocities in different layers are entered by (1/velocity^2). The model is done by interpolating points using the Delaunay Triangulation. Each layer represents the rock/fluid type or sedimentary unit and has a constant velocity. Below are earth model (7 layers) with unique geological structures: dipping layers and anticline.

Layer
Seismic Velocity (m/s)
Sloth
Layer-1
1600
0.39
Layer-2
1800
0.31
Layer-3
1900
0.28
Layer-4
2000
0.25
Layer-5
1350
0.55
Layer-6
1500
0.44
Layer-7
2500
0.16
  
Above model was constructed by triangulated sloth (trimodel) with the following script (geomodel.sh).


#!/bin/sh
trimodel xmin=0 zmin=0 xmax=12.0 zmax=3.5 \
         1 xedge=0,2,4,6,8,10,12 \
           zedge=0,0,0,0,0,0,0 \
           sedge=0,0,0,0,0,0,0 \
         2 xedge=0,12 \
           zedge=0.3,0.25 \
           sedge=0,0 \
         3 xedge=0,12 \
           zedge=0.7,0.45 \
           sedge=0,0 \
         4 xedge=0,2,4,6,8,10,12 \
           zedge=1.2,1.2,1.3,1.4,0.7,1.05,1.2 \
           sedge=0,0,0,0,0,0,0 \
         5 xedge=0,2,4,6,8,10,12 \
           zedge=1.7,1.7,1.8,2.0,1.1,1.45,1.8 \
           sedge=0,0,0,0,0,0,0 \
         6 xedge=0,2,4,6,8,10,12 \
           zedge=2.2,2.2,2.3,2.5,1.6,1.9,2.2  \
           sedge=0,0,0,0,0,0,0 \
         7 xedge=0,2,4,6,8,10,12 \
           zedge=2.7,2.7,2.8,2.9,2.2,2.4,2.7 \
           sedge=0,0,0,0,0,0,0 \
         8 xedge=0,2,4,6,8,10,12 \
           zedge=3.5,3.5,3.5,3.5,3.5,3.5,3.5 \
           sedge=0,0,0,0,0,0,0 \
           sfill=0,0.1,0,0,0.39,0,0 \
           sfill=0,0.4,0,0,0.31,0,0 \
           sfill=0,0.9,0,0,0.28,0,0 \
           sfill=0,1.5,0,0,0.25,0,0 \
           sfill=0,2.0,0,0,0.55,0,0 \
           sfill=0,2.4,0,0,0.44,0,0 \
           sfill=0,3.0,0,0,0.16,0,0 \
           kedge=1,2,3,4,5,6,7,8 \
           >geomodel.bin

# Plot triangulated sloth model
sxplot < geomodel.bin tricolor=cyan \
wbox=10 hbox=4 \
title="Triangulated Sloth Model" \
label1="Depth (km)" label2="Distance (km)" \

# Create a PS display of the model
spsplot geomodel.ps \
gedge=0.5 gtri=2.0 gmin=0.2 gmax=1.0 \
title="Earth Model" titlesize=12 \
labelz="Depth (km)" labelx="Distance (km)" labelsize=10 \
dxnum=1.0 dznum=0.5 wbox=10 hbox=4

exit


The above script will produce geomodel.bin and geomodel.ps. Herewith the explanation of the script geomodel.sh:
  • Xmin-xmax are used to determine the minimum – maximum distance in km, whereas the zmin-zmax are  minimum – maximum depth in km.
  • Xedge specifies x coordinates through which reflector will be interpolated, zedge is depth value belonging to the specified x value. Sedge has only zero value because all layers are isotropic and homogeneous. The number of parameters xedge, zedge, and sedge must be equal.
  • Xedge, zedge, sedge in seq-1 and seq-8 for top margin (z=0km) and bottom margin (z=3.5) of model, while the others (seq-2 to seq-7) for interfaces/reflectors.
  • In this model that has 7 (seven) layers, there are also ten sfill lines where each sfill contains x,z,x0,z0,s00,dsdx,dsdz.  Each x-z pair of sfill specifies a point within a layer, and s00 defines a sloth value that fills a layer. The value of x0, z0, dsdx and dsdz are zero, then sloth inside a closed region is determined by :
s(x,z)=s00+(x-x0)dsdx+(z-z0)dsdz
s(x,z)=s00     (homogeneous and isotropic)
  • Parameters kedge is used to list all interface numbers. It is important for further process, especially for acquiring the synthetic data.
  • Finally, sxplot is used to display X Window plot a triangulated sloth model (above figure) and spsplot created a display of the sloth model in Post-script file (below figure).



Ray Tracing

Ray tracing can explain how seismic data is acquired. Snell's Law and Law of Reflection are sufficient to determine raypath geometry of the earth model. Further reading on this theory can be done in Sheriff (1984), Waters (1987) or Yilmaz (1987).

This topic only focus on 2 D conventional reflection seismic based on P waves, due to the the ability of this wave: can travel through fluids and as the fastest wave.

The raypath geometry will then motivate us the discussion of seismic acquisition and further signal analysis. The idea of seismic modelling is to see how the reflected rays can be performed and to form a picture of the subsurface. Hence, we can learn the reflection behavior of ray-paths from source to receiver through the targeted horizons as described in below figure.



By using dynamic ray tracing for a triangulated sloth model (triray), we try to simulate an unique geology model with three (3) sources. The different angles (first to last angle) and number of raypath give a different aperture, ray parameters, and travel times. We can generate those ray diagrams with the script raytrace.sh in below table.


#! /bin/sh
set -x

#1.Plot a sloth model
spsplot < geomodel.bin> sloth.eps \
gedge=0.5 gtri=2.0 gmin=0.2 gmax=1.0 \
title="Seismic Ray Tracing" titlesize=14 \
labelz="Depth (km)" labelx="Distance (km)" \
dxnum=1.0 dznum=0.5 wbox=10 hbox=4

#2.Define raytracing parameters
modelfile=geomodel.bin

rayendsfile1=rayends1.bin rayfile1=rays1.bin \
rayendsfile2=rayends2.bin rayfile2=rays2.bin \
rayendsfile3=rayends3.bin rayfile3=rays3.bin \

nangle1=30 fangle1=-45 langle1=45 nxz1=600 xs1=2.0 zs1=0 \
nangle2=30 fangle2=-35 langle2=35 nxz2=600 xs2=8.5 zs2=0 \
nangle3=30 fangle3=-20 langle3=30 nxz3=800 xs3=5.0 zs3=0 \

#3.Shoot rays
triray < $modelfile > $rayendsfile1 rayfile=$rayfile1 \
nangle=$nangle1 fangle=$fangle1 langle=$langle1 \
xs=$xs1 zs=$zs1 nxz=$nxz1 \
refseq=2,0,0 refseq=3,1,0

triray < $modelfile > $rayendsfile2 rayfile=$rayfile2 \
nangle=$nangle2 fangle=$fangle2 langle=$langle2 \
xs=$xs2 zs=$zs2 nxz=$nxz2 \
refseq=2,0,0 refseq=3,0,0 refseq=4,1,0

triray < $modelfile > $rayendsfile3 rayfile=$rayfile3 \
nangle=$nangle3 fangle=$fangle3 langle=$langle3 \
xs=$xs3 zs=$zs3 nxz=$nxz3 \
refseq=2,0,0 refseq=3,0,0 refseq=4,0,0 refseq=5,0,0 refseq=6,0,0 refseq=7,1,0


#4.Plot the rays
psgraph < $rayfile1 > rays1.eps \
nplot=`cat outpar` n=600 hbox=4.0 wbox=10.0 \
x1beg=0.0 x1end=3.5 x2beg=0 x2end=12 \
d1num=0.5 d2num=1.0 style=seismic linecolor=red \

psgraph < $rayfile2 > rays2.eps \
nplot=`cat outpar` n=600 hbox=4.0 wbox=10.0 \
x1beg=0.0 x1end=3.5 x2beg=0 x2end=12 \
d1num=0.5 d2num=1.0 style=seismic linecolor=green \

psgraph < $rayfile3 > rays3.eps \
nplot=`cat outpar` n=800 hbox=4.0 wbox=10.0 \
x1beg=0.0 x1end=3.5 x2beg=0 x2end=12 \
d1num=0.5 d2num=1.0 style=seismic linecolor=blue \


#5.Merge model with rays
psmerge in=sloth.eps in=rays1.eps in=rays2.eps in=rays3.eps > raydiagram.eps

exit

The explanation of this SU function can be seen by typing “triray” (without “”) in terminal.

Seismic Acquisition

In this section, a script of acquisition.sh will acquire the synthetic seismic data (seis.su) for the generated model before (geomodel.bin). The survey layout are:
§  Using 193 shots.
§  Shots are evenly spaced at 50m intervals.
§  Shot locations range from 1.2km to 10.80km.
§  96 split-spread traces will be recorded from each shot location.
§  Receiver spacing is 25m.
§  Maximum offsets is 1175m.
§  Receiver locations range from 0.025km to 11.975km.
The final data set has 18528 traces (193 shots x 96 channels per shot). The process took about 2 hours on Ubuntu 11.


#! /bin/sh

/bin/rm -f temp*

# Assign values to variables
nangle=101
fangle=-65
langle=65
nt=1200 dt=0.004
datafile=geomodel.bin
seisfile=seis.su

#--------------------------------------------------------------------------------------------------------
# Shooting the seismic traces...
#--------------------------------------------------------------------------------------------------------

echo " ----Begin looping over triseis."
# Loop over shotpoints
i=0
while [ "$i" -ne "193" ]
do
    fs=`echo "$i * 0.05" | bc -l`
    sx=`echo "$i * 50" | bc -l`
    fldr=`echo "$i + 1" | bc -l`
   
    # Loop over receivers
    j=0
    while [ "$j" -ne "96" ]
    do
            fg=`echo "$i * 0.05 + $j *0.025" | bc -l`
            gx=`echo "$i * 50 + $j * 25 -1175" | bc -l`
            offset=`echo "$j * 25 -1175" | bc -l`
            tracl=`echo "$i * 96 + $j + 1" | bc -l`
            tracf=`echo "$j + 1" | bc -l`
        echo "sx=$sx  gx=$gx  flder=$fldr offset=$offset trace_number=$tracl fs=$fs fg=$fg"
       
            # Loop over reflectors      
        k=2
        while [ "$k" -ne "8" ]
        do
            triseis <$datafile  xs=1.2,10.80 zs=0,0 \
            xg=0.025,11.975 zg=0,0 \
            nangle=$nangle fangle=$fangle langle=$langle \
            kreflect=$k krecord=1 fpeak=12 lscale=0.5 \
            ns=1 fs=$fs ng=1 fg=$fg nt=$nt dt=$dt |
            suaddhead nt=$nt |
            sushw key=dt,tracl,tracr,fldr,tracf,trid,offset,sx,gx \
            a=4000,$tracl,$tracl,$fldr,$tracf,1,$offset,$sx,$gx >> temp$k
           
                k=`expr $k + 1`
            done

        j=`expr $j + 1`
        done

    i=`expr $i + 1`
    done

echo " ----End looping over triseis."

#--------------------------------------------------------------------------------------------------------
# Sum contents of the temp files...
#--------------------------------------------------------------------------------------------------------
echo " ----Sum files."
susum temp2 temp3 >tempa
susum tempa temp4 >tempb
rm -f tmpa
susum tempb temp5 >tempa
rm -f tmpb
susum tempa temp6 >tempb
rm -f tmpa
susum tempb temp7 >$seisfile
rm -f tmpb
#--------------------------------------------------------------------------------------------------------
# Clean up temp files...
#--------------------------------------------------------------------------------------------------------
echo " ----Remove temp files."
rm temp*

# Report output file
echo " ----Output file : $seisfile has been generated successfully ."

# Finishing shell script
echo " ----Finish!"

exit


The header information can be explored by typing “surange < seis.su(without “”) in the terminal.
18528 traces:
tracl    1 18528 (1 - 18528)
tracr    1 18528 (1 - 18528)
fldr     1 193 (1 - 193)
tracf    1 96 (1 - 96)
trid     1
offset   -1175 1200 (-1175 - 1200)
sx       0 9600 (0 - 9600)
gx       -1175 10800 (-1175 - 10800)
ns       1200
dt       4000

To see the shot gather of 80th shot, type the following script in terminal.
suwind < seis.su key=fldr min=80 max=80 | suxwigb perc=90 label1="Time (s)" label2="Trace No" title="Shot Gather-80"

The near trace QC can be viewed by typing the following script in terminal.
suwind key=tracf min=1 max=1 < seis.su | suximage perc=95 label1="Time (s)" label2="Shot Point No." title="Near Trace QC"







Reference:

T. Benz , D. Forel, W.D. Pennington, 2005, Seismic Data Processing with Seismic Un*x,  3rd Chapter, Tulsa: Society of Exploration Geophysicists.

R.E. Sheriff, 1984, Encyclopedic Dictionary of Exploration Geophysics, 2nd Edition, Tulsa: Society of Exploration Geophysicists, pp. 323.

J.W. Stockwell, Jr. & J.K. Cohen, 1998, The New SU User's Manual, Golden: CWP, Colorado School of Mines, pp. 138.

K.H. Waters, 1987, Reflection Seismology, 3rd Edition, New York: John Wiley & Sons, pp. 538.

O. Yilmaz, 1987, Seismic Data Processing, Tulsa: Society of Exploration Geophysicists, pp. 526.




















Jokes

Review

Election Polling

Who are the president and vice president of Indonesia Republic of your choice?
  
 

Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa yang akan memulihkan semangat yang patah?” Amsal 18:14.

Beragam persoalan bisa menimpa siapa saja. Entah orang kaya atau miskin, tua atau muda, setiap orang selama hidup di dunia ini selalu berhadapan dengan berbagai persoalan. Setiap orang, terlepas dari status sosial, pendidikan, profesinya, dan bahkan sebagai hamba Tuhanpun tidak terluput dari yang namanya pergumulan atau persoalan. Manusia harus berhadapan dengan masalah selama hidup di dunia ini. Setiap orang tentunya memiliki persoalan yang berbeda-beda.

Kita tidak boleh menyerah, walau badai apapun yang sedang menerpa. Sebab pencobaan yang kita alami tidak pernah melebihi kekuatan kita, seperti yang disebutkan dalam Firman Tuhan.

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya.Amin.” 1 Kor 10:13.

 
About | Disclaimer | Sitemap | Contact | Copyright © 2011 TotalCorner
Valid XHTML and CSS