Pendahuluan
Coba bayangkan !!! Jumlah manusia (penduduk bumi) yang semakin padat sekitar 5 s.d 6 milyar dan tak terkendali (diprediksi tahun 2015 sekitar 7 milyar) menempati biosfer bumi dalam dimensi ruang dan waktu. Diameter bumi sekitar 7.342 km (jari-jari ≈ 3.671 km), dalam hitungan R2 ≈ 42.315.396,74 km2 ≈ 42,3 x 106 km2 atauluas permukaan bumi sekitar 42,3 x 1011 m2. Berarti rata-rata kepadatan manusia sekitar 7000 m2/orang. Hitungan mundur waktu diketahui dan ditetapkan Tuhan tetapi manusia hanya menjalani hitungan waktu maju saja dan tidak tahu kapan berhenti. Sementara waktu yang telah berlalu semenjak bumi diciptakan sekitar 3 ¼ milyar tahun lalu. Bagaimana jika manusia sudah tidak punya space lagi dibumi ini dan waktu hidup yang sangat singkat, siapa yang mengendalikannya?
Tiap individu terikat oleh sistem. Mulai dari dalam tubuhnya memiliki sistem pernapasan, sistem pencernaan, sistem pengeluaran, sistem reproduksi, dan lainnya. Siapa yang mengendalikan dan bagaimana jika salah satu sitem itu tidak terkendali? Kalau diluar tubuh kita terikat dengan sistem atau interaksi antar individu, populasi/komunitas, baik di keluarga, organisasi, gereja, kampus, masyarakat, maupun interaksi tingkatan biosfer, mungkin interaksi antar makhluk bumi dengan makhluk planet lain, seperti planet Mars (siapa tahu mungkin). Dimana setiap orang memiliki karakter yang berbeda, memiliki kekuatan pikiran dan perspektif yang berbeda-beda, memiliki daya imaginasi dan aktualisasi yang berbeda-beda pula yang menuntut proses perkembangan dan perubahan yang pelak tak dapat dihindari. Lalu siapa pula yang mengendalikan ini semua? Masihkah kita mampu mengendalikan diri kita?
Maukah kita dikendalikan oleh situasi? Atau kita yang mengendalikan situasi?
Maukah kita dikendalikan oleh orang lain? Apakah kita robot-robot bagi orang lain?
Refleksi
Jika dikaji lebih dalam, makna konstrukstif dari kata pengendalian diri yaitu dapat diartikan dengan sikap berani melakukan hal yang benar di saat yang tepat. Pengendalian diri sangat berkaitan dengan penguasaan diri. Hal ini sangat penting dipahami, karena sekarang-sekarang ini kompleksitas permasalahan di dunia adalah krisis kepemimpinan dan krisis keseimbangan. Bergesernya nilai-nilai pelayanan yang murni malahan ingin dilayanai digantikan oleh orientasi kekuasaan. Semakin menurunnya taraf hidup kemanusiaan sementara standar kompetensi semakin tinggi di tengah globalisasi. Ini adalah sebagai bukti akibat tidak adanya penguasaan diri dan loyalitas terhadap siapa penciptanya (hikmat), melainkan loyalitas terhadap hawa nafsu.
Kalau kita renungkan semua aktivitas sehari-hari kita setiap detik, menit, jam, minggu, bulan, dan tahun. At least hari ini saja... misalnya di saat belajar, berolahraga, saat teduh, nonton, diskusi, makan, tidur, browsing, chatting, dan apapun juga. Sudahkah kita sadari siapa yang mengendalikan kita dan menguasai pikiran dan perasaan kita? Misalnya ketika mau nonton kira-kira siapa yang menggerakkan keinginan ini, apakah waktunya tepat atau ada yang lebih bermanfaat? Terhadap apa atau siapakah kita loyal untuk melakukan semua aktivitas ini?
Hikmat : Amsal 8 : 11
Penguasaan Diri : Galatia 5 : 16 – 26; Amsal 16 : 32
********
Ilustrasi
Cerita ini adalah "kisah nyata" yang pernah terjadi di Amerika. Seorang pria membawa pulang truk baru kebanggaannya, kemudian ia meninggalkan truk tersebut sejenak untuk melakukan kegiatan lain.
Anak lelakinya yang berumur balita sangat gembira melihat ada truk baru, ia memukul-mukulkan palu ke truk baru tersebut. Akibatnya truk baru tersebut penyok dan catnya tergores. Pria tersebut berlari menghampiri anaknya dan memukulnya, memukul tangan anaknya dengan palu sebagai hukuman. Setelah sang ayah tenang kembali, dia segera membawa anaknya ke rumah sakit. Walaupun dokter telah mencoba segala usaha untuk menyelamatkan jari-jari anak yang hancur tersebut, tetapi ia tetap gagal. Akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan amputasi semua jari pada kedua tangan anak kecil tersebut.
Ketika anak kecil itu sadar dari operasi amputasi dan jarinya telah tidak ada dan dibungkus perban, dengan polos ia berkata, "Papa, aku minta maaf tentang trukmu." Kemudian, ia bertanya, "tetapi kapan jari-jariku akan tumbuh kembali?"
Ayahnya pulang ke rumah dan melakukan bunuh diri.
Renungkan cerita di atas!
Berpikirlah dahulu sebelum kita kehilangan kesabaran kepada seseorang yang kita cintai. Truk dapat diperbaiki. Tulang yang hancur dan hati yang disakiti seringkali tidak dapat diperbaiki. Terlalu sering kita gagal untuk membedakan antara orang dan perbuatannya, kita seringkali lupa bahwa mengampuni jauh lebih mulia daripada membalas dendam. Orang dapat berbuat salah. Tetapi, tindakan yang kita ambil dalam kemarahan akan menghantui kita selamanya. Tahan, tunda dan pikirkan sebelum mengambil tindakan.
Hikmat : Amsal 8 : 11
Hikmat tidaklah sama dengan kecerdasan atau intelektual. Orang yang mendapat nilai A terus menerus, sekolah hingga S2, sampai S3 sekalipun, tidak menjamin bahwa orang tersebut memiliki hikmat dalam hidupnya. Anda dapat membeli permata yang paling indah jika anda punya uang yang cukup untuk itu, tetapi dalam sekejap mata pun harta anda termasuk permata itu dapat lenyap kapan saja. Hikmat adalah sesuatu yang tidak dapat dibeli, tidak dapat dicari, tidak dapat dicuri, dan tidak akan lenyap. Itu sebabnya hikmat ini sangat jauh lebih berharga dari permata.
Hikmat adalah kebijaksanaan, kemampuan untuk hidup bijaksana dan akan selalu belajar dari kekurangan. Sebuah bentuk pengenalan akan Tuhan dan hidup dalam pengendalian Tuhan, dan memiliki kemampuan untuk membedakan hal yang baik dan buruk, yang mana yang paling berharga untuk diperoleh dan mana yang tidak. Dari mana hikmat ini datang? Hikmat bermula dari takut akan Tuhan, dan akan anda dapati dengan selalu memperkaya diri anda dengan kebenaran firman. Tidak perlu menunggu hingga anda ubanan atau berusia lanjut untuk menjadi seorang yang bijaksana, karena hikmat itu datang dari Tuhan. Banyak orang tidak mengenal Tuhan bukan karena dia bodoh dan kurang terpelajar. Bahkan banyak orang mungkin sudah sangat terpelajar tetapi tidak mau mengenal Tuhan, dan akibatnya mereka tidak memiliki hikmat dalam hidupnya. Dan mereka ini akan kehilangan rasa damai sejahtera dan kebahagiaan dalam hidup, meskipun ilmu yang mereka miliki sangat tinggi dan hidup dalam berkelimpahan.
Penguasaan Diri : Galatia 5 : 16 – 26; Amsal 16:32
Dalam Galatia 5:16-26, Paulus berbicara tentang roh dan daging. Konsep Paulus yaitu antara roh dan daging adalah sebuah pilihan. Kita tidak harus hidup dalam daging dan tidak harus pula hidup dalan roh karena itu adalah sebuah pilihan. Perjalanan hidup kita memberi kesempatan pada kita untuk memilih apakah kita mau hidup dalam roh atau hidup dalam daging.
Dalam Amsal 16:32 dikatakan tentang 2 hal:
Orang yang sabar melebihi pahlawan.
Pahlawan mempunyai 2 pilihan yaitu merdeka atau mati tetapi orang sabar tidak mempunyai 2 pilihan tetapi orang sabar pasti merdeka. Orang yang sabar pasti selalu menang, ketika menerima masalah dan sudah tidak dapat menanggungnya dia serahkan kepada Tuhan.
Orang yang menguasai diri melebihi orang yang merebut kota.
Setiap bangsa Israel merebut kota pasti ada korban. Tetapi penguasaan diri selalu membawa kita dalam kemenangan.
Mengapa menguasai diri menjadi sukar?
Karena kita diciptakan dengan “free will”
Karena pengaruh dunia adalah “makanan” bagi daging kita
Karena dunia sedang men”tuhan”kan “diri”
Dalam penguasaan diri yang harus kita perhatikan:
Memahami kondisi di luar kita
Memiliki pengetahuan dan peka terhadap kondisi kehidupan manusia dan lingkungan. Tidak memiliki pemahaman sempit yang hanya terbatas pada pemahaman akan diri sendiri. Berpikir diluar kotak. Think globally, act locally. Intinya berpikir dan bertindak.
Bagaimana kita mengisi waktu kita
Isilah waktu yang digerakkan oleh suatu visi, pastilah waktu kita tidak sia-sia dan akan berpengaruh jika dengan melaksanakan misi-misi. Teruslah berimajinasi dan mewujudnyatakannya sebagai pelayanan. Lakukan hal-hal kecil terlebih dahulu sampai sukses baru hal-hal besar dapat diraih dengan sukses. Tidak harus dengan cara yang sama, yang penting ada inisiasi dan kreatifitas.
Menyadari dimana “titik lemah” kita
Bersikap rendah hati, memahami dan memaafkan setiap kelemahan dan kekurangan yang dimiliki setiap individu (keberadaan orang lain). Kelemahan sebagai alat refleksi manusia yang membuktikan kita tidak sempurna. Hal ini sering dimanfaatkan oleh iblis ke arah pesimistis. Pengaruh-pengaruh iblis ini slalu tetap ada yang membuat kita lemah. Itulah sumber kelemahan kita.
Berusaha & jangan putus asa
Tuhan adalah seorang pejuang. Dia selalu bekerja, bahkan saat kita sedang tidur Dia tetap bekerja. Dia punya kekuatan yang luar biasa dan penghiburan sejati. Tidak pernah lemah dan putus asa dalam memelihara kita. Oleh karena itu, teruslah berjuang seperti Dia, yakinlah kekuatan-Nya pasti akan bekerja jika kita sudah berusaha atau kekuatan manusiawi kita sudah batas maksimal terpakai. Di saat gagal, masih ada penghiburan dan pengharapan lagi. Harus mampu bangkit oleh pengharapan-pengaharapan akan janji-janji-Nya. Bangkit secara totalitas dan jangan putus asa. Kata Tuhan pada kita semua : ” Don’t give up bro !”.
0 comments:
Use these emoticons on your comment. :)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Post a Comment