Serangkaian momen berjalan dalam
garis waktu yang maju ke depan. Perubahan? Kalau berbicara perubahan, apalagi
ala Copernicus, hmm… entahlah. Tekadnya Copernicus mau mencerahkan bahwa
matahari adalah pusat tata surya yang sebelumnya orang-orang berkata “lihatlah
alam semesta beredar mengelilingi kita”. Sama juga gilanya Galileo yang
berpikiran sama dengan Copernicus dan mengembangkan teleskop untuk mendukungnya.
Perjuangan Copernicus dan Galileo
menginspirasikan bahwa kita bukanlah satu-satunya pusat di alam semesta ini. Dan
bulan tidaklah bercahaya, melainkan mendapatkan pantulan sinar matahari untuk
menerangi kita. Kehidupan ini bukanlah tentang saya atau tentang orang-orang
seantero lainnya. Tetapi tentang Sang Pencipta. Do we accept our role as the moon to reflect the glory of Creator or to
reflect Satan?
Blablabla….skipped.
Belakangan ini, beredarnya kasus
suap-menyuap sangat memprihatinkan masyarakat. Seperti dugaan suap Luthf* Has#n
mantan petinggi sebuah parpol atas kuota impor daging sapi bahkan kasus suap-menyuap
yang menyeret MK (Ak*l M#chtar) sangat memalukan di mata Internasional.
Banyak situasi yang makin tidak
terkendali dan maraknya kasus korupsi di tanah air yang semakin jauh dalam
membangun kesejahteraan rakyat. Seolah-olah arus utamanya mencari kekuasaan
atau kepentingan kelompok/individu.
Tokoh politik, aktivis, bahkan
anggota DPR/DPRD yang notabene perwakilan rakyat (*Nazarudd*n, Sri W#hyun*,
Angel*na Sond#kh, An#s Urban*ngrum, Ros# D#mayant*, And* M#larangg*ng*, dan
blablabla) pernah terduga/tersangka korupsi.
Kasus suap-menyuap, nepotisme, pencucian
uang, dan skandal korupsi di kalangan politik dan para pemimpin ini tentunya mempengaruhi
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Demokrasi semakin tidak jelas , krisis
legitimasi, dan krisis kepemimpinan.
Semoga Pemilu 2014 yang akan datang
bukanlah ajang perburuan yang sarat berebut kekuasaan/kepentingan melainkan
pengabdian untuk melakukan perubahan untuk kemajuan bangsa dan kesejahteraan masyarakat
banyak.
Ya memang sih pertumbuhan ekonomi
Indonesia boleh dikatakan mengalami perkembangan pesat hampir 6% dengan nilai
PDB bertambah besar. Ada indikasi investor yang semakin memicu menanamkan modal
khususnya migas.
Tapi di tengah kondisi global
yang tidak menentu di tahun 2013, melambatnya ekspor/berkurangnya permintaan
dari negara lain, nampaknya Indonesia harus mengandalkan konsumsi dalam negeri dan investasi-investasi lainnya karena
kontribusi ekspor masih tak terharapkan (*impor tumbuh jauh lebih tinggi
dibandingkan ekspor).
Wajarlah daripada defisit
transaksi/inflasi berlebihan maka BI rate dinaikkan meskipun pertumbuhan
ekonomi menjadi agak slow down dikitlah. Berarti
fokusnya ke ekspor lebih banyak supaya impornya dan perilaku konsumtif
berkurang, begitu? (*kalo main Football Manager yang jarang jual pemain bakalan
susah beli pemain luar karena ditolak agent-nya..hahaha..).
Selama ini praktik subsidi BBM tidak
tepat sasaran, masalah yang sentimen. Kalo saking murahnya bahan
bakar bersubsidi, terjadi penyelundupan bahan bakar, subsidi doniman dinikmati
kalangan menengah ke atas, meningkatnya perilaku konsumtif, dan penghamburan
anggaran negara dengan sia-sia. Kalo harga BBM dinaikkan memang harga
dimana-mana menjadi mahal.
Di sisi lain Indonesia masih
termasuk net importer, sementara eksplorasi migas di lapangan masih terus
diusahakan agar produksi meningkat dan hasil ekspor banyak menguntungkan ke
depannya, termasuk menjinakkan inflasi. Solusi lainnya adalah pengembangan
energi alternatif EBT (biomassa, biodiesel, bioethanol, nuklir?) untuk
mengurangi ketergantungan energi fosil ini. Nah inilah menjadi tugas kita, termasuk
mahasiswa yang mendemo kenaikan BBM.
Konsumsi BBM saat ini masih
jutaan barrel atau 1.3 juta barrel perhari sementara produksi minyak mentah hanya
berkisar 831000 s.d 836000 barrel perhari dan minyak mentah itu hanya 85% jadi
BBM atau sekitar 710000 barrel perhari. Terkesan ironis dari total perkiraan cadangan
sekitar 3.5 s.d 4 miliar barrel (*apa ini ilusi). Ada 128 cekungan versi ESDM
tapi 86 cekungan versi SKK Migas diantaranya cekungan 17 sudah produksi, 9
penemuan hidrokarbon (HC), 24 ada indikasi HC, 32 belum ada temuan, dan 4 belum
eksplorasi.
Harga perbarrel (1barrel = 135
liter BBM), berdasarkan ICP 100 USD (1 USD=11618IDR), berarti dalam ukuran
perliter (100/135 x 11618 IDR) harganya paling murah bisa mencapai 7400 IDR/liter
untuk produksi.
Semenjak Indonesia keluar dari keanggotaan
sementara dari OPEC, aku bingung apakah selain karena kita tidak lagi mampu
menjadi oil exporting country atau sengaja stop export, atau adakah maksud lain
untuk menasionalisasikan asset-aset nasional untuk dimaintain dan push produksi
sebanyak-banyaknya (*sejauh mana dan sampai kapan kita mampu).
Kalolah kita mampu produksi
831.118 barrel perhari atau 99% dari rencana APBN 2013 (840.000 barrel perhari).
Perlu diperhitungkan juga kalo kelamaan hanya mencari laba dengan mendatangkan
investor dan kontraktor di ladang-ladang minyak tapi masih ada jerit tangis
penderitaan rakyat. BLSM harus benar-benar dikawal jangan sampai rentan dengan
kepentingan politik praktis di pemilu 2014 mendatang.
Dan kalo stabilitas politik tidak
berimbang dengan ekonomi bakalan mungkin ada tangan-tangan kotor elite tertentu
melihat peluang ini untuk memperebutkan kekuasaan dan pengelolaan kekayaan alam.
Maka terjadilah lagi korupsi, suap-menyuap, pencucian uang, blablabla yang
berdampak kerugian negara, kesejahteraan yang tidak merata, dan negara ini
tidak berubah (*gitu-gitu aja terus).
Penegakan hukum yang berprioritas
pada ketegasan dan keadilan yang menjadi sorotan publik mulai berjalan lancar.
Ya ya ya, sebagus apapun Undang-Undangnya atau Peraturan apapunlah, adalah
lebih baik jika dijalankan seluruh komponen masyarakat (*tidak runcing ke bawah
dan tumpul ke atas).
Kalo saja penegakan hukum juga
diprioritaskan pada kasus korupsi tidak hanya hukuman penjara. Tapi juga bagaimana
mengurangi dampak kerugian negara melalui penyitaan harta hasil korupsi atau “pemiskinan
koruptor”. Tentu ada peluang bagi bangsa ini untuk mengembangkan sarana-sarana publik,
pendidikan, kesehatan, termasuk pertahanan dan keamanan bangsa ini.
Lucunya, dari tahun 2001 sampai
sekarang kasus Bank Century belum tuntas. Jelas penjualan produk reksadana PT.
Antaboga Deltasekuritas melaui agennya Bank Century dalam wujud investasi dan
tanpa ijin BAPEPAM-LK adalah pelanggaran Undang-Undang. Harusnya badan usaha
ini menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan/deposito dan
meyalurkannya dalam bentuk kredit untuk taraf hidup nasabahnya.
Namanya investasi bisa untung
bisa rugi (*nasabahnya begitu tergiur ya dengan investasi perusahaan swasta ini,
kalo investasi milik negara percaya-percaya aja dech). Di tahun 2008, bank swasta
ini gagal clearing, simpanan/deposito nasabah yang telah diinvestasikan tidak
dapat dicairkan. Anehnya dianggap bank gagal oleh BI, diselamatkan melalui
talangan dana LPS sebesar 6.7 T yang alirannya masih kontroversial. (*mending
sebagian lunasi hutang luar negeri).
Sampai kini di tahun 2013,
masalah ini (*yang katanya simple) malah melebar melibatkan KPK, BPK,
eks.Gubernur BI, mantan Menkeu, konglomerat termasuk kancah politik bermain di
dalamnya. Kerugian negara akibat bail out yang dianggap berlebihan masih sedang
diupayakan, padahal pemilu 2014 mendatang sebentar lagi (*keliatannya hand over to the next parlement).
Berbicara Hankam ada kaitannya
dengan geopolitik, ancaman terror, tuntutan desentralisasi, dan blablabla. Modernisasi
sudah dilakukan, cuma aku pikir belum optimal. Di udara kita belum jadi membeli
pesawat C-295 nya AEW&C (*mungkin karena masalah ijin Sekutu). Kalo udah
punya, strategi dan formasinya dimantapkan maka negara kita akan jadi termasuk disegani
di Asia. Kalo di laut, sepertinya kita masih kekurangan rudal dan kapal
selamnya masih kurang.
Konflik di Semenanjung Korea yang
didominasi oleh Cina,Korut-Jepang,Korsel semakin memanas. Perang ini panjang
bangat ceritanya (*tonton dech film2nya), tak lain Antara Godfather Amerika
(*melindungi Jepang dan Korsel) vs Godfather Rusia (*melindungi Cina dan
Korut). Heran juga, menyaksikan AS belakangan ini over extending di poros Asia
Timur setelah dari Timur Tengah.
Kalo konflik di Laut Cina Selatan
didominasi oleh Cina yang bersengketa dengan Taiwan, Filipina, Vietnam,
Thailand, Malaysia dan Brunei bergeser ke kawasan perairan Asia Tenggara,
termasuk Indonesia. Dengan imimg-iming First Island Chain dan Second Island
Chain masuk perimeter yand dibangun Tiongkok kuno (* lah kok berdasarkan
sejarah, kan batas territorial/kedaulatan tiap Negara udah ditetapkan).
Padahal karena memang Laut Cina
Selatan berlimpah kekayaan alamnya bahkan hasil migasnya seperti yang dimiliki
Indonesia dan Brunei. (*kalo dari utara ada konflik Cina, kalo dari selatan ada
apa coba? Australia aman-aman ajakah? atau adakah imperialis lain?). Sepertinya
Australia udah punya Godfather.
Aku pikir Komisis I DPR dan
Menhan Purnomo Yusgiantoro, juga memang harus sudah jauh-jauh memikirkan ini. Lebih
memodernisasikan lagi Hankam atas dasar kemandirian teknologi karena tidak ada
jaminan bantuan dari negara lain. Selain itu juga harus mengupayakan perdamaian
melalui lembaga/badan PBB (*meskipun bukan anggota lagi), karena Indonesia
adalah negara ASEAN yang paling berpengaruh di mata dunia.
Blablabla….skipped.
Huhhaa..ga kerasa hampir 3 tahun menjalani
dunia pekerjaan sebagai seorang Geophysicist. Sebuah pekerjaan yang memerlukan
daya analisa dan menuntut banyak pembelajaran. Banyak pengalaman menarik yang saya
alami, terutama saat turun ke lapangan buat akuisisi data. Kerja di darat dan
laut itu rasanya seperti hidup di dua
alam. Merasakan keheningan di laut dan berganti merasakan hiruk pikuk saat
kembali ke peradaban ibukota (*curcol dikitlah). Lucunya, ada geologist bilang
BATU adalah tarian energi, dan ada geophysicist bilang BATU adalah densitas
dikalikan kecepatan..hahahaha.
Kata orang “hidup cuma sekali”.
Dan..kita mendapatkan segala sesuatu dengan usaha (F X S)..hahaha. It’s OK lah. Ada gerak dan jarak-jarak yang
harus ditempuh (*nyambung ga sihh*). Life becomes more plausible if we accept
ourselves as we are.